Latest News

Mengatur Manusia

Saturday, May 10, 2008 , Posted by Catur Ratna Wulandari at 1:59 AM

Sebagai pendatang baru di tanah Priangan, ada beberapa fakta tentang Jabar yang sangat memprihatinkan. Termasuk 10 besar provinsi di Indonesia dengan angka kematian ibu melahirkan yang tinggi. Angka human trafficking Jabar juga yang tertinggi di antara provinsi yang lain. Tingkat urbanisasi yang masih tinggi. Kota besar di Jabar, seperti Bandung, setiap harinya dipadati oleh sedikitnya 3 juta orang pada siang hari. Tingkat kemiskinan Jabar semakin hari bukannya semakin berkurang, justru semakin bertambah. Padahal Dany Setiawan mengatakan selama ia menjabat sebagai Gubernur Jabar nilai investasi Jabar tumbuh drastis. Bahkan Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Jabar melebihi LPE nasional. Logikanya. Anehnya, itu tidak membantu kemiskinan di Jabar. Angka tetaplah angka.

Kalau ditarik mundur, menurut saya akar permasalahan dari semua permasalahan ini adalah jumlah penduduk yang tidak terkendali. Data terakhir menyebutkan, jumlah penduduk Jabar mencapai 41 juta jiwa. Fantastis!

Dalam satu kesempatan, saya pernah berbincang dengan Pak Us Tiarsa mengenai kependudukan. Pak Us ini memang mempunyai perhatian yang lebih pada masalah kependudukan di Jabar. Maklum saja, selain kesibukannya sebagai pemimpin redaksi di stasiun TV lokal Bandung, beliau juga aktif sebagai Ketua Umum Koalisi Mitra Peduli Kependudukan (Milik) Jabar.

Menurut Pak Us, Jawa Barat membutuhkan manajemen kependudukan untuk mengelola penduduknya. Sebenarnya angka kelahiran di Jabar setiap tahunnya sudah mengalami penurunan. Tetapi tidak dengan laju pertumbuhan penduduknya. Faktor migrasinya tidak terkendali.

Jumlah penduduk yang besar selama ini hanya menjadi potensi pasar, tetapi tidak diikuti dengan potensi produksi. Ibaratnya, Jabar seringkali cuma dijadikan tempat berdagang. Belum mampu membuat barang dagangan sendiri.

Maksudnya Pak Us, keruwetanini bisa dikurangi dengan memperbaiki potensi manusianya. Penduduknya harus dipintarkan, sehingga mampu bersaing dengan pendatang-pendatang. Seringkali pabrik-pabrik besar yang beroperasi di Jabar tidak menggunakan tenaga kerja yang ada di sekitarnya dengan alasan kualitasnya kurang.

Apalagi jaman sekarang, setiap orang harus siap bersaing dengan semua orang dari berbagai penjuru dunia. Mau tidak mau, suka tidak suka, persaingan akan semakin ketat. Jadi, masing-masing harus mempunyai kemampuan untuk bertahan. Pendidikan menjadi jalan keluar untuk mengup-grade kemampuan.

Jangan menyempitkan penidikan terbatas pada bangku sekolah yang dibatasi ruang kelas. Pendidikan bisa berlangsung dengan cara yang berbeda. Lebih bagus lagi, kalau nanti hasilnya adalah orang-orang yang bisa menciptakan lapangan kerja sendiri. Jadi tidak perlu menambah jumlah pengangguran.

Kalau setiap orang mempunyai kemampuan dan daya saing, seharusnya perekonomian masyarakat juga akan membaik. Pengangguran dan kemiskinan bisa dikurangi. Ga perlu lagi ada korban-korban trafficking yang terjebak katika mencari pekerjaan. Tidak perlu lagi ada pernikahan dini, yang bagi sebagian masyarakat menjadi jalan keluar masalah ekonominya. Pernikahan dini ini yang menjadi penyebab utama kematian ibu melahirkan. Mereka melahirkan sebelum organ reproduksinya tumbuh sempurna.

Susahnya mengatur manusia...

Currently have 0 komentar:

Leave a Reply

Post a Comment