Latest News

Balada Angkot

Thursday, May 8, 2008 , Posted by Catur Ratna Wulandari at 11:08 PM

Apakah Anda pengguna angkutan umum di Bandung?
Sebulan pertama di bandung, saya adalah pengangkot. Kemana-mana anaik angkot. Sudah pernanh ngerasain sebalnya ngetem. Ngerasain betapa setiap tikungan berhenti lama untuk menunggu penumpang. Kalau menurut pendapat saya, Bandung sudah kelebihan angkot.

Sedikit sekali saya meya menemui angkot yang terisi penuh. Paling-paling terisi 6 orang saja. Kalaupun ada yang penuh, biasanya itu setelah melalui pe"ngetem"an yang cukup membuat penumpang dongkol. Di sepanjang jalan, banyak sekali angkot kosong berhenti menunggu penumpang. Banyak lahir tempat ngetem dadakan di sudut jalan. Tampaknya mencari penumpang sekarang ini sangat susah.

TEmpo hari sempat main-main ke Dinas Perhubungan (Dishub) ngobrolin tentang angkot ini. Baik Dishub Kota Bandung maupun Jabar, sepakat bahwa jumlah angkot yang ada sekarang masih berada di bawah kuota angkot yang telah ditetapkan.

Aku berani bertaruh, kuota itu pasti tidak pernah berubah sejak ditetapkan. Kuota itu sudah ditetapkan sejak bertahun-tahun yang lalu. Saat jalan raya belum dipenuhi oleh sepeda motor dan mobil. Sebelum suku bunga turun, sehingga dengan mudah orang memperoleh kredit kendaraan. Sekarang ini, dengan uang muka yang tidak lebih dari Rp 1 juta, sepeda motor sudah bisa dibawa pulang. Cicilan ringan, bunga rendah. Tidak ada lagi yang menghalangi orang punya sepeda motor, ya kecuali kenaikan BBM. Itu juga bisa diatasi dengan kendaraan yang katanya hemat BBM. Kalau sudah begitu, mana ada yang mau naik angkot?

"Penumpang sekarang sepi," begitu kata Pak Asep, pemilik 5 angkot jurusan Cimahi-Leuwipanjang. Waktu itu saya menyewa angkotnya untuk pindahan kos dari daerah Caringin ke Buah Batu. Dia pemilik, tapi sekali waktu dia juga turun tangan untuk menyupiri angkotnya sendiri.

Bisnis angkutan umum sudah digekutinya puluhan tahun. "Dulu saya punya yang model isuzu elf. Kendaraan besar, untuk jurusan jarak jauh," tuturnya. Mungkin yang dia maksud angkutan Antar Kota Dalam Propinsi (AKDP). Dia beralih menjadi pengusaha angkot karena penumpang AKDP sudah sepi. Belum lagi biaya perawatan yang sangat mahal. Akhirnya dia menjual seluruh isuzu elf nya dan mengganti dengan angkot.

Ternyata, angkot pun sudah tak lagi jadi primadona. "Sekarang semua punya sepeda motor," keluh Asep. Pendapatan dari angkot ternyata juga tidak cukup untuk membiayai BBM dan perawatannya. Harga BBM tidak pernah turun, spare part selalu ikut naik kejar-kejaran dengan harga dolar dan BBM. Tidak heran kalau tidak ada angkot yang nyaman, lha wong biaya untuk perawatan saja tidak ada. Dan yang pasti, pendapatan sopir angkot berkurang.

Mendengar itu, saya yang selalu "memusuhi" angkot jadi berpikir kembali. Sebelumnya saya memang jengkel sekali dengan angkot-angkot di Bandung ini, di kota mana pun sebenarnya. Mereka sering sekali berhenti tanpa memberi tanda. Menaikkan dan menurunkan penumpang sering di tempat-tempat yang tidak seharusnya. Sekali motor saya "Si Billy" beradu dengan angkot. Badan saya memar-memar dan Billy harus rawat inap di bengkel. Habisnya lumayan banyak juga.

Keruwetan-keruwetan yang ditimbulkan angkot membuat saya memimpikan sebuah sarana angkutan umum yang massal, nyaman, rapi dan ramah lingkungan. Bukan busway ya!!!! Busway menurut saya tidak didesain untuk kota seperti Bandung yang jalannya sempit-sempit. Bentuknya bagaimana, sepertinya ahli transportasi lebih jago. Yang ada di kepala saya, ANGKOT HARUS DIKURANGI! DITERTIBKAN!

Mendengar cerita Pak Asep, saya terdiam.
Kalau angkot dikurangi, bagaimana nasibnya? Keluarganya? Anaknya? Ada berapa banyak Pak Asep di Bandung ini?

Urusan perut tidak pernah mudah. Penyelesaiannya tidak bisa sembarangan. Salah langkah sedikit, bisa membuat orang ngamuk! Masalah perut, nyawa taruhannya!

Tapi saya yakin pasti ada jalan keluarnya!
Saya tidak punya kapasitas untuk bisa merumuskan formula yang tepat untuk menyelesaikan masalah ini. Dan tentunya ada pihak yang punya kewenangan dan keahlian untuk mencari solusi.

Heh...
Semoga mereka-mereka itu tidak sedang menutup mata. Tidak sedang pura-pura tidak melihat keadaan ini. Atau sedang disibukkan dengan urusan yang tidak penting. Atau mereka sama bingungnya dengan saya? Bukankah mereka dibayar untuk menyelesaikan persoalan yang seperti ini....

Currently have 1 komentar:

  1. agung says:

    na, ralat ,. kamu sudah jadi pengangkot semenjak di surabaya, untuk merefresh ingatan ,. kamu ke summerset naik apa ??? angkot kan, alias lyn ,. so kayaknya angkot telah menjadi takdirmu ,. hihihihihi

Leave a Reply

Post a Comment